STUNTING DAN OBESITAS PADA BALITA
MAKALAH
DI
SUSUN OLEH :
NAMA : GUSTI AYU KADE WIDYA DIASTINI
NIM :
P07131116017
JURUSAN/PRODI
: DIV GIZI/SEMESTER I
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesempatan serta kesehatan kepada kami semua, sehingga saya
dapat menyusun serta menyelesaikan makalah ini dalam rangka melengkapi tugas
makalah mata kuliah Bahasa Indonesia.
Ucapan terima kasih saya ucapkan
kepada kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan, baik secara materi
atau pun non materi, terutama kepada dosen bidang studi yang telah membimbing
saya dalam proses pembuatan makalah ini, juga kepada orang-orang yang menjadi
relawan objek kajian pengamatan dan kepada teman-teman yang membantu dalam
proses penyusunan tugas ini.
Makalah ini dibuat untuk mengetahui sebarapa jauh
pengetahuan kita tentang “Stunting dan Obesita Pada Balita”. Meskipun demikian,
besar harapan saya terhadap kesempurnaan, saya mohon maaf apabila dalam
penyajian makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan
makalah ini.
Mataram, 22 Desember 2016
penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang
Stunting merupakan suatu keadaan
tubuh yang pendek atau sangat pendek sedangkan obesitas merupakan keadaan tubuh
yang memiliki kelebihan gizi atau kelebihan berat badan. Negara Indonesia
termasuk dalam 17 negara diantara 117 negara yang mempunyai masalah pada
stunting, obesitas, dan wasting.
Dahulu kegemukan pada balita
dianggap lambang kesuburan, lucu dan juga sehat. Namun, sekarang hal tersebut
dipertanyakan dan ditakutkan. Sehingga orang tua mengatur pola makan anaknya.
II.
Rumusan Masalah
a. Apa
penyebab serta dampak terjadinya stunting dan obesitas pada balita?
b. Bagaimana
cara mengatasi stunting dan obesitas?
III.
Tujuan
a. Mengetahui
penyebab serta dampak stunting dan obesitas pada balita.
b. Mengetahui
cara mengatasi stunting dan obesitas.
IV.
Manfaat
Manfaat dalam pembutan makalah ini
adalah sebagai tunjangan dan panduan terhadap masyaratakat luas agar lebih
mengetahui penyebab dan cara mengatasi stunting serta obesitas pada balita.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
Senbanjo et al (2011) mendefinisikan stunting adalah keadaan
status gizi seseorang berdasarkan z-skor tinggi badan (TB) terhadap umur (U)
dimana terletak pada <-2 SD. Tinggi badan dalam keadaan normal akan
bertambah seiring dengan bertambahnya umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak
seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi
dalam waktu yang pendek. Pengaruh kekurangan zat gizi terhadap tinggi badan
akan tampak dalam waktu yang relatif lama sehingga indeks ini dapat digunakan
untuk menggambarkan status gizi pada masa lalu (Supariasa, 2001).
Obesitas merupakan keadaan patologis dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan
daripada yang diperlukan unuk fungsi tubuh (Mayer 1973 dalam Pudjiadi, 1990).
Obesitas dari segi kesehatan merupakan salah satu penyakit salah gizi, sebagai
akibat konsumsi makanan yang jauh melebihi
kebutuhannya. Perbandingan normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah
sekitar 12-35% pada wanita dan 18-25% pada pria. Obesitas merupakan salah satu
faktor risiko penyebab terjadinya penyakit degeneratif
seperti Diabetes Mellitus (DM), Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan hipertensi (Laurentia, 2004).
Obesitas pada anak-anak dapat berisiko 10 kali lipat
menjadi orang dewasa obesitas, dan berhubungan dengan peningkatan mortalitas dan morbiditas karena penyakit kardiovaskular[1].
.Catatan : Stunting,
Obesitas, Mortalitas, Morbiditas, Kardiovaskular.
BAB
III
PEMBAHASAN
A.
Stunting
Pada Balita
Balita
pendek adalah balita dengan status gizi yang berdasarkan panjang atau tinggi
badan menurut umurnya. Bila dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS tahun
2005, nilai z-skor nya -2 SD. (SK Menkes No.1995/MENKES/SK/XII/2010).
a. Penyebab
Stunting Pada Balita
Stunting disebabkan oleh banyak faktor
baik secara faktor langsung dan tidak langsung. Faktor langsung ditentukan oleh
asupan makan, berat badan lahir, dan penyakit. Sedangkan faktor tidak langsung
seperti faktor ekonomi, budaya, pendidikan, dan pekerjaan, fasilitas pelayanan
kesehatan. Faktor sosial ekonomi saling berinteraksi satu dengan yang lainnya
seperti masukan zat gizi, berat badan lahir dan penyakit infeksi pada anak
(Frongillo et al., 1997). Anak-anak mengalami stunting disebabkan kurangnya asupan
makanan dan penyakit meningkatkan kebutuhan metabolik serta mengurangi nafsu
makan sehingga berdampak terjadi ketidak normalan dalam bentuk tubuh pendek
meskipun faktor gen dalam sel menunjukkan potensi untuk tumbuh normal (Dekker
et al., 2010).
b. Dampak
Stunting Pada Balita.
Anak-anak
yang mengalami stunting lebih awal
yaitu usia enam bulan, akan mengalami stunting lebih berat menjelang usia 2
tahun. stunting yang parah pada anak akan terjadi defisit jangka panjang dalam perkembangan fisik dan mental sehingga
tidak mampu untuk belajar secara optimal di sekolah dibandingkan dengan anak
dengan tinggi badan yang normal (Frongillo et al., 1997).
Selain
dampak kognitif yang berkurang, anak stunting
juga memiliki risiko tinggi untuk menderita penyakit kronik, seperti obesitas
dan mengalami gangguan intolerans
glukosa. Sebuah penelitian menunjukkan stunting berhubungan dengan oksidasi
lemak tubuh. Stunting dapat meningkatkan risiko kejadian hipertensi (Branca and
Ferrari, 2002).
c. Cara
Mengatasi Stunting
Untuk
membantu pemerintah dalam melakukan perbaikan gizi pada balita Stunting, menurut
Unicef Indonesia perhatian khusus harus diberikan pada:
1.
Penciptaan dan penguatan mekanisme koordinasi
nasional dan daerah untuk mengimplementasikan Rencana Aksi
Nasional Pangan dan Gizi, dan untuk melakukan koordinasi dengan sektor-sektor
non-gizi.
2.
Pengembangan,
pemantauan dan penegakan peraturan nasional untuk mengawasi
pemasaran produk pengganti ASI.
3.
Revisi standar minimal pelayanan kesehatan untuk mencakup aksi-aksi dan
sasaran gizi,seperti aksi-aksi yang berhubungan dengan konseling gizi,
makanan pendamping ASI dan gizi ibu.
4.
Penguatan
sistem informasi kesehatan untuk meningkatkan keandalan data, promosi
pengawasan suportif terhadap program kesehatan dan gizi, dan promosi penggunaan
data oleh petugas kesehatan secara terus-menerus untuk meningkatkan dampak
program.
5.
Penguatan
program fortifikasi pangan nasional
dengan memperbarui standar fortifikasi
untuk
terigu, pengharusan fortifikasi
minyak, dan peningkatan penegakan legislasi
yang ada; tentang iodisasi garam.
6.
Implementasi langkah-langkah untuk merekrut, mengembangkan dan mempertahankan ahli
gizi yang memenuhi syarat, termasuk insentif bagi mereka
yang bekerja di daerah-daerah yang kurang terlayani.
B.
Obesitas
Pada Balita
Sejak dulu, banyak orang
berpendapat bahwa bayi gemuk artinya sehat dan lucu. Akibatnya, seringkali
banyak Ibu justru berupaya semaksimal mungkin membuat anaknya terlihat montok,
termasuk dengan memberikan makanan yang dapat membuat berat badan si kecil
melonjak. Jangan sampai terjebak dengan mitos bayi gemuk adalah bayi sehat.
Jika salah menafsirkan, justru memberinya nutrisi berlebih yang dapat menimbulkan
obesitas (anonim).
Obesitas atau kegemukan bukan saja
melanda orang dewasa. Statistik menunjukkan bahwa di banyak negeri, obesitas
juga melanda anak-anak sampai taraf yang memprihatinkan. Kurangnya pengetahuan
orang-tua atau pandangan yang mengatakan anak bertubuh gemuk adalah anak yang sehat dan menggemaskan dapat
memperparah kondisi ini. Mengapa obesitas atau kelebihan berat badan berbahaya?
Lalu bagaimana mengatasinya?. Obesitas atau kelebihan
berat badan dapat menyebabkan berbagai efek negatif untuk kesehatan.
Anak-anak yang masih lugu tentu tidak memahami bahaya ini. Maka, merupakan
tanggung jawab orang-tua menjaga agar anak mereka tetap sehat. Orang-tua harus
mengetahui apa penyebab obesitas dan bagaimana cara mencegah atau mengatasi
masalah obesitas anak.
a. Penyebab Obesitas
Beberapa penyebab obesitas pada anak adalah:
i.
Faktor
genetik
Merupakan
faktor keturunan dari orang-tua yang sulit dihindari. Bila ayah atau ibu
memiliki kelebihan berat badan, hal ini dapat diturunkan pada anak.
ii.
Makanan
cepat saji dan makanan ringan dalam kemasan
Maraknya
restoran cepat saji merupakan salah satu faktor penyebab. Anak-anak sebagian
besar menyukai makanan cepat saji atau fast food bahkan banyak anak yang akan makan dengan
lahap dan menambah porsi bila makan makanan cepat saji. Padahal makanan seperti
ini umumnya mengandung lemak dan gula yang tinggi yang menyebabkan obesitas.
Orang-tua yang sibuk sering menggunakan makanan cepat saji yang praktis
dihidangkan untuk diberikan pada anak mereka, walaupun kandungan gizinya buruk
untuk anak. Makanan cepat saji meski rasanya nikmat namun tidak memiliki
kandungan gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Itu sebabnya makanan
cepat saji sering disebut dengan istilah junk food atau makanan
sampah. Selain itu, kesukaan anak-anak pada makanan ringan dalam kemasan atau
makanan manis menjadi hal yang patut diperhatikan.
iii.
Minuman
ringan
Sama
seperti makanan cepat saji, minuman ringan (soft drink) terbukti
memiliki kandungan gula yang tinggi sehingga berat badan akan cepat bertambah
bila mengkonsumsi minuman ini. Rasa yang nikmat dan menyegarkan menjadikan
anak-anak sangat menggemari minuman ini.
iv.
Kurangnya
aktivitas fisik
Masa
anak-anak identik dengan masa bermain. Dulu, permainan anak umumnya adalah
permainan fisik yang mengharuskan anak berlari, melompat atau gerakan lainnya.
Tetapi, hal itu telah tergantikan dengan game elektronik, komputer, Internet, atau televisi yang cukup dilakukan dengan hanya duduk
di depannya tanpa harus bergerak. Hal inilah yang menyebabkan anak kurang
melakukan gerak badan sehingga menyebabkan kelebihan berat badan.
b. Dampak
Obesitas Pada Balita
i.
Masalah jantung
Penyakit
jantung adalah kondisi umum yang bisa mempengaruhi anak-anak dengan masalah
obesitas. Penyakit jantung bisa berawal dari kolesterol tinggi dan tekanan
darah tinggi, merupakan kondisi yang sangat mungkin terjadi pada orang dengan
kelebihan berat badan. Keduanya akan membuat jantung menjadi bekerja lebih
keras dari normalnya, sehingga akhirnya bisa menyebabkan masalah jantung
kemudian hari. Dengan demikian, kegemukan akan membuat kualitas hidup Anak-anak
menjadi rendah.
ii.
Beresiko diabetes dimasa depan
Anak-anak
dengan obesitas lebih mungkin untuk mengembangkan diabetes dikemudian hari,
terutama diabetes type 2. Diabetes tipe 2 adalah suatu kondisi serius yang
perlu diobati seumur hidup, dan kegemukan akan semakin memperburuk kondisi dan bisa
menempatkan resiko pada kehidupan anak-anak. Anda bisa mengurangi risiko
terkena diabetes dengan edukasi, pengaturan makanan, olahraga, dan obat-obatan hipoglikemik[2].
iii.
Memperparah masalah sendi dan tulang
Masalah
ini hampir tidak bisa dihindari, baik anak-anak maupun orang dewasa dengan
masalah kegemukan. Ketika tubuh sudah terlalu banyak membawa berat badan, itu
akan menempatkan ketegangan pada tulang dan sendi. Osteoarthritis adalah
masalah persendian yang bisa menjadi sangat menyakitkan pada orang yang
obesitas, namun bisa dicegah jika Anda bisa meyakinkan anak-anak untuk menjaga
berat badan yang sehat dengan melakukan aktivitas fisik secara teratur.
iv.
Efek psikologis
Efek
psikologis pun juga bisa terjadi pada anak-anak yang kegemukan. Sebagian besar
anak-anak yang hidup dengan masalah ini umumnya memiliki masalah dengan
kepercayaan diri. Umumnya mereka menjadi minder, sehingga kurang bisa
bersosialisasi daripada anak lain yang dengan berat badan normal. Hal ini tentu
bisa menyebabkan masalah lebih lanjut seiring bertambahnya usia mereka, karena
mereka nanti tidak bisa mengembangkan pergaulan dengan baik. Keyakinan dan
percaya diri sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat di
masa anak-anak. Dengan demikian menjadi sangat penting untuk memecahkan masalah
berat badan ini, sehingga anak-anak bisa tumbuh dengan rasa percaya diri yang
tinggi dan memiliki citra tubuh yang positif.
c. Solusi Obesitas
Untuk Anda yang memiliki anak dengan
kelebihan berat badan atau obesitas, hendaknya tidak memaksakan diet ketat
untuk anak karena hal ini dapat mengganggu pertumbuhan dan kesehatannya.
Sebaliknya untuk mengatasi obesitas anak atau mencegah anak Anda agar tidak
mengalami obesitas, langkah-langkah yang dapat Anda lakukan antara lain sebagai
berikut.
i.
Perhatikan
makanan yang akan diberikan untuk anak
Kurangi mengkonsumsi
makanan cepat saji atau fast food, makanan ringan dalam kemasan,
minuman ringan, cemilan manis atau makanan dengan kandungan lemak tinggi.
Sebaliknya, sajikan daging dan sayuran segar. Perbanyak konsumsi buah dan susu yang baik untuk pertumbuhan anak. Berikan porsi yang sesuai dan jangan
terlalu berlebihan.
ii.
Berikan
sarapan dan bekal untuk anak
Sarapan merupakan awal
baik untuk anak saat memulai harinya. Ini diperlukan agar anak dapat kuat saat
beraktivitas di sekolah dan mencegah makan berlebihan setelahnya. Dengan
membawa makanan dari rumah, orang-tua dapat mengontrol gizi anak dan
menghindari agar anak tidak perlu jajan di luar.
iii.
Perbaiki
teknik mengolah makanan
Jangan terlalu banyak
menggoreng makanan agar tidak terlalu banyak lemak yang dikonsumsi. Anda dapat
mencoba untuk mengukus, merebus atau memanggang makanan agar makanan lebih
sehat.
iv.
Tetapkan
aturan makan
Biasakan agar anak Anda
makan di meja makan bukan di depan televisi atau komputer. Banyak orang akan
tidak menyadari berapa banyak makanan yang sudah disantapnya bila dia makan
sambil menikmati tayangan televisi atau di depan komputer.
v.
Batasi
kegiatan menonton televisi, video game atau penggunaan komputer
Melakukan kegiatan
tersebut akan membuat anak Anda malas bergerak, maka diperlukan aturan tegas
tentang berapa lama kegiatan ini boleh dilakukan. Selanjutnya, Anda dapat
membantu anak Anda agar menyenangi hiburan lain seperti bersepeda, bermain bola
atau sekedar lompat tali.
vi.
Lakukan
kegiatan yang memerlukan aktivitas fisik
Anda dan anak-anak dapat
merencanakan untuk melakukan kegiatan olahraga bersama seperti jogging, lari
pagi, berenang, badminton atau olahraga lainnya. Atau rencanakan liburan bersama di pantai, kebun binatang atau taman sehingga
Anda dan anak dapat lebih banyak berjalan kaki (Anonim).
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pernyataan diatas
dapat saya simpulkan bahwa stunting dan obesitas pada balita saat ini dianggap
tidak bagus karena mengingat dampak pada stunting yang sangat buruk pada balita
dan dapat membuat kurangnya rasa percaya diri saat dewasa. Begitu pula dengan
obesitas yang dahulu dianggap sehat, kini sudah ditakutkan karena dapat
menyebabkan penyakit yang sangat berbahaya bagi balita.
B.
Saran
Saran saya sebaiknya
para orang tua mulai sekarang menghimbau atau mengatur makanan balita sesuai
dengan kebutuhan tubuh anaknya, dan lebih berhati-hati dalam memilih makanan
untuk si kecil, jangan melakukan diet keras pada si balita karna akan
mengundang penyakit yang serius. Sebaiknya mengajak anak untuk sering
berolahraga di pagi hari namun tidak dengan aktifitas berat.
DAFTAR PUSTAKA
Syamsir, 2015. Faktor
dan Dampak Stunting Pada Kehidupan Balita (Balita Pendek). Diambil dari : http://dinkes.bengkuluprov.go.id/ver1/index.php/agenda/8- umum/116-faktor-dan-dampak-stunting-pada-kehidupan-balita-balita-pendek
(20 Desember 2016)
Komentar
Posting Komentar