“Pengawetan Suhu Rendah dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Gizi dan Mutu pangan"


MAKALAH ILMU TEKNOLOGI PANGAN
“Pengawetan Suhu Rendah dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Gizi dan Mutu pangan”



Dosen Pengampu :
I Gde Narda Widiada, S.TP., M.Si.
NIP. 196509201986031003

Di Susun Oleh :
Gusti Ayu Kade Widya Diastini
NIM. P07131116017


KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM KEMENKES RI
D IV JURUSAN GIZI
TAHUN AJARAN 2017/2018

KATA PENGANTAR

            Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan serta kesehatan kepada kami semua, sehingga saya dapat menyusun serta menyelesaikan makalah ini dalam rangka melengkapi tugas makalah mata kuliah Ilmu Teknologi Pangan.
Ucapan terima kasih saya ucapkan kepada kedua orang tua saya yang selalu memberikan dukungan, baik secara materi atau pun non materi, terutama kepada dosen bidang studi I Gde Narda Widiada, S.TP., M.Si. yang telah membimbing saya dalam proses pembuatan makalah ini, juga kepada orang-orang yang menjadi relawan objek kajian pengamatan.
            Makalah ini dibuat untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan saya tentang “Pengawetan Suhu Rendah dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Gizi dan Mutu pangan”. Meskipun demikian, besar harapan saya terhadap kesempurnaan, saya mohon maaf apabila dalam penyajian makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.


Mataram, 21 Maret 2018



Mengetahui,
Penyusun


GUSTI AYU KADE WIDYA DIASTINI
NIM. P07131116017

 
Dosen Pengampu


I GDE NARDA WIDIADA, S.TP., M.Si.
NIP. 196509201986031003

 
                                                                     






      



BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
            Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pengolahan dan pengawetan bahan makanan memiliki interelasi terhadap pemenuhan gizi masyarakat, maka tidak heran jika semua negara baik negara maju maupun berkembang selalu berusaha untuk menyediakan suplai pangan yang cukup, aman dan bergizi. Salah satunya dengan melakukan berbagai cara pengolahan dan pengawetan pangan yang dapat memberikan perlindungan terhadap bahan pangan yang akan dikonsumsi.
            Salah satu pengawetan yang akan kita bahas pada makalah saat ini adalah pengawetan dengan suhu rendah. Pengawetan dengan suhu rendah merupakan  salah satu metode pengawetan bahan pangan dengan menyimpan dan mempertahankan suhu bahan pada titik bekunya. Dengan membekunya sebagian kandungan air bahan atau dengan terbentuknya es, maka kegiatan enzim dan jasad renik dapat dihambat atau dihentikan sehingga dapat mempertahankan mutu bahan pangan.
            Berikut akan dibahas lebih rinci tentang pengawetan bahan makanan dengan mengunakan metode pengawetan suhu rendah (pendiginan dan pembekuan) dalam beberapa kelompok bahan makanan.

B.   Rumusan Masalah
1.    Bagaimana pengaruh pendinginan dan pembekuan terhadap nilai gizi pangan ?
2.    Bagaimana pengaruh pendinginan dan pembekuan terhadap mutu pangan ?
3.    Apa saja produk-produk pangan hasil pendinginan dan pembekuan dilihat dari kelompok bahan makanan, serta pengaruh pendinginan atau pembekuan terhadap nilai gizi dan mutu ?
4.    Bagaimana pengemasan yang baik dan benar setelah pengawetan untuk setiap golongan bahan makanan ?

C.   Tujuan
1.    Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pendinginan dan pembekuan terhadap nilai gizi pangan.
2.    Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pendinginan dan pembekuan terhadap mutu pangan.
3.    Untuk mengetahui apa saja produk-produk pangan hasil pendinginan dan pembekuan dilihat dari kelompok bahan makanan, serta pengaruh pendinginan atau pembekuan terhadap nilai gizi dan mutu.
4.    Untuk mengetahui bagaimana pengemasan yang baik dan benar setelah pengawetan untuk setiap golongan bahan makanan.

D.   Manfaat
            Manfaat dari pembuatan makalah ini agar seluruh masyarakat umum dapat mengetahui bagaimana pengaruh pendinginan dan pembekuan terhadap nilai gizi dan mutu suatu pangan, mengetahui produk-produk hasil pengawetan suhu rendah, serta mengetahui bagaimana pengemasan yang baik dan benar untuk setiap bahan makanan yang diawetkan. Serta manfaatnya bagi mahasiswa khususnya mahasiswa jurusan gizi agar dapat menambah wawasan yang lebih luas lagi terhadap pengawetan bahan pangan dengan metode pengawetan suhu rendah.



BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengaruh Pendinginan dan Pembekuan Terhadap Nilai Gizi Pangan
1.    Denaturasi protein
        Denaturasi protein berarti putusnya sejumlah ikatan air dan berkurangnya kadar protein yang dapat diekstrasi dengan larutan garam. Gejala denaturasi protein terjadi pada daging, ikan, dan produk-produk air susu. Proses denaturasi menimbulkan perubahan-perubahan rasa dan bau, serta perubahan konsistensi (daging menjadi liat atau kasap). Semua bahan yang dibekukan, kecuali es krim, sebelum dikonsumsi dilakukan “thawing”, maka untuk bahan yang telah mengalami denaturasi protein pada waktu pencairan kembali, air tidak dapat diabsorpsi (diserap) kembali.
2.    Lemak
        Semakin tinggi suhu semakin meningkat kadar lemak dalam suatu bahan karena proses menggoreng menyebabkan kandungan lemak bahan pangan mengalami kenaikan disebabkan oleh adanya minyak goreng yang terserap pada bahan pangan tersebut yang mengakibatkan kadar lemak bertambah. Namun, semakin rendah suhu penyimpanan suatu pangan, semakin menurun kadar lemak dalam suatu bahan.
3.    Vitamin
        Semakin tinggi suhu maka kandungan vitamin C semakin menurun. Sedangkan lama penyimpanan tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan vitamin C tetapi semakin lama penyimpanan kandungan vitamin C cenderung menurun. Penyimpanan suhu 10oC selama 5 hari paling baik untuk mempertahankan kandungan vitamin C.

B.   Pengaruh Pendinginan dan Pembekuan Terhadap Mutu Pangan
Pengaruh pendinginan terhadap makanan :
1.    Penurunan suhu mengakibatkan penurunan proses kimia, mikrobiologi , dan biokimia yang berhubungan dengan kelayuan, kerusakan, pembusukan , dll.
2.    Pada suhu kurang dari 0 oC , air akan membeku kemudian terpisah dari larutan dan membentuk es. Jika kristal es yang terbentuk besar dan tajam akan merusak tekstur dan sifat pangan , tetapi di lain pihak kristal es yang besar dan tajam juga bermanfaat untuk mereduksi atau mengurangi mikroba jumlah mikroba.
3.    Pembentukan kristal es menjadi bagian penting dalam mekanisme pengawetan dengan pembekuan. Misalnya sebuah kristal es yang terbentuk dapat menarik seluruh air bebas dalam sel bakteri dan khamir. Kristal-kristal ekstra seluler dapat menyebabkan pembekuan isi sel melalui perforasi.

PERUBAHAN SELAMA PENDINGINAN :
a.    Perubahan karakteristik sensori
q  Selama pendinginan, produk pangan dapat mengalami kehilangan air atau menyerap air sehingga terjadi perubaan tekstur dan penampakan.
q  Kehilangan air dapat menyebabkan menurunkan kerenyahan produk, perubahan warna menjadi kusam pada produk unggas.
q  Produk gel seperti jeli atau puding serta yoghurt dapat mengalami sineresis selama penyimpanan yaitu produk memisah dan terbentuk lapisan air.
q  Sebagian besar buah-buahan dan sayuran segar mengalami penurunan aroma dan cita rasa selama penyimpanan.
q  Sebagian besar perubahan aroma dan cita rasa pada penyimpanan dingin disebabkan karena aktivitas mikroba.

Pembekuan menyebabkan terjadinya :
a.    perubahan tekstur
b.    pecahnya emulsi lemak
c.    perubahan fisik dan kimia dari bahan
                        Perubahan yang terjadi tergantung dari komposisi makanan sebelum dibekukan. Bila dalam larutan mengandung lebih banyak garam, gula, mineral, dan protein, akan menyebabkan titik beku lebih rendah dan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk membeku.

                        Pemakaian suhu rendah untuk mengawetkan bahan pangan tanpa mngindahkan syarat-syarat yang diperlukan oleh masing- masing bahan, dapat mngakibatkan kerusakan-kerusakan sebagai berikut :
1.  Chilling injury
Chilling injury terjadi karena :
a.    kepekaan bahan terhadap suhu rendah
b.    daya tahan dinding sel
c.    burik-burik bopeng (pitting)
d.    Jaringan bahan menjadi cekung dan transparan
e.    Pertukaran bau / aroma
     Di dalam ruang pendingin dimana disimpan lebih dari satu macam komoditi atau produk, kemungkinan terjadi pertukaran bau/aroma. Contoh: apel tidak dapat didinginkan bersama-sama dengan seledri, kubis, ataupun bawang merah.

2.    Kerusakan oleh bahan pendingin / refrigeran
     Bila lemari es menggunakan amonia sebagai refrigeran, misalnya terjadi kebocoran pada pipa dan ammonia masuk ke dalam ruang pendinginan, akan mengakibatkan perubahan warna pada bagian luar bahan yang didinginkan berupa warna coklat atau hitam kehijauan.

3.    Kehilangan air dari bahan yang didinginkan akibat pengeringan
     Kerusakan ini terjadi pada bahan yang dibekukan tanpa dibungkus atau yang dibungkus dengan pembungkus yang kedap uap air serta waktu membungkusnya masih banyak ruang-ruang yang tidak terisi bahan.

PERUBAHAN SELAMA PENDINGINAN

C.   Produk-produk Pangan Hasil Pendinginan dan Pembekuan
1.    Buah-buahan (Contoh : Buah Naga atau H. Costaricensis)
     Pengaruh Pendinginan terhadap nilai gizi buah naga yaitu kehilangan cadangan makanan selama respirasi karena cadangan makanan diubah menjadi energi untuk mempertahankan kehidupan komoditi. Selain itu juga terjadi kehilangan nilai gizi, berkurangnya kualitas rasa manis, dan juga kehilangan bobot karena komoditi mengalami dehidrasi.
     Penyimpanan suhu rendah dengan pendinginan dianjurkan untuk menyimpan buah naga karena buah naga termasuk buah tropika yang bagus disimpan pada pendinginan oleh karena itu kerusakan dapat ditekan dan mengurangi adanya penimbunan panas dan CO2 yang tinggi. Penyimpanan buah tropika biasa dilakukan pada suhu rendah, yaitu 10oC- 15oC. Jika penyimpanan buah naga dilakukan pada suhu yang terlalu rendah maka dapat menyebabkan perubahan warna coklat akibat dari oksidasi, terjadi penurunan kekerasan buah, dan dapat meningkatkan produksi etanol dan asetildehid.
     Pembungkusan produk dengan plastik dapat menimbulkan udara termodifikasi yang menguntungkan karena udara mengalami perubahan komposisi sehingga dapat memperpanjang umur simpan produk. Kardus dari karton bergelombang biasanya menjadi dingin secara lambat jika disimpan di dalam ruang pendingin sehingga dapat menghilangkan peningkatan panas secara perlahan. Kemasan dan penyimpanan pada suhu rendah merupakan kombinasi yang baik untuk mempertahankan mutu buah selama disimpan, dapat melindungi buah dari kelayuan, pengerutan, dan kelunakan buah.

2.    Sayur-sayuran (Contoh : Brokoli)
     Kandungan vitamin C dalam brokoli bisa berkurang sampai  lebih dari 50% hanya dalam beberapa hari, tetapi kehilangan ini dapat dicegah dengan penyimpanan pada suhu rendah.
     Perubahan yang terjadi antara lain kenaikan kandungan gula, disusul penurunannya. Hal ini terjadi akibat pemecahan polisakarida-polisakarida. Perubahan keasaman dapat berbeda sesuai tingkat kemasakan dan tingginya suhu penyimpanan.
     Asam-asam amino dengan cepat berkurang selama penympanan suhu rendah yaitu antara 6-20 0C tetapi stabil pada suhu 20C. Kegiatan enzim-enzim katalase, pektinesterase, selulase dan amilase meningkat selama penyimpanan. Perubahan lain yaitu penurunan ketegaran dan kepadatan, warna okasidasi lemak dan melunaknya jaringan-jaringan serta rasa pada bahan pangan.
     Brokoli lalu dikemas dengan plastik dan disimpan pada almari dengan lama penyimpanan 3 hari dan 7 hari.

3.    Daging (Contoh : Daging Sapi)
     Pembekuan daging adalah salah suatu cara dari pengawetan daging yaitu dengan membekukan daging di bawah titik beku cairan yang terdapat di dalam daging, titik beku daging pada temperatur -2oC s/d -3oC.
     Faktor temperatur pembekuan yang lebih rendah mempengaruhi penurunan kadar air, abu daging sapi beku serta mencegah penurunan kadar protein, lemak. Temperatur – 20oC lebih dapat mempertahankan kualitas daging selama pembekuan.
     Penggunaan bahan pengemas dalam pembekuan daging dapat mencegah terjadinya gosong beku (Freezer burn) yang dapat menyebabkan perubahan flavor, warna, tekstur dan penampakan daging beku yang tidak menarik, selain itu pengemas dapat mengurangi terjadinya desikasi, dehidrasi dan oksidasi lemak, sehingga kualitas daging beku dapat dipertahankan (Urbain, 1971). Plastik polietilen (PE), plastik polipropilen (PP) dan aluminium foil dapat digunakan sebagai bahan pengemas (Harte, 1985)

4.    Ikan (Contoh : Ikan Lemuru atau Sardinella Lemuru)
     Hasil analisis menunjukkan bahwa lama penyimpanan pada suhu rendah dapat meningkatkan kadar air dalam daging ikan lemuru. Hal ini diduga karena adanya denaturasi protein pada daging ikan lemuru. Lama penyimpanan berpengaruh pada kadar air dan kadar lemak pada ikan lemuru. Semakin lama penyimpanan pada suhu rendah -3oC semakin tinggi kadar air pada daging ikan lemuru namun semakin berkurang kadar lemaknya.
     Ikan Lemuru (Sardinella lemuru) mudah mengalami kerusakan dan pembusukan yang disebabkan karena kandungan lemak yang cukup tinggi (1- 24%) dan tidak kompaknya tekstur ikan sehingga diperlukan penanganan berupa pengolahan dan pengawetan yaitu salah satunya pengalengan. 
5.    Susu (Contoh : Yoghurt)
     Suhu penyimpanan yoghurt yang dianjurkan adalah 50C dan tidak dianjurkan disimpan pac suhu kamar karena akan mengalami fermentasi terus menerus. Semakin rendah suhu penyimpanan yoghurt maka semakin tinggi kadar lemaknya. “Kadar protein yang tertinggi yaitu pada susu sapi dan susu kental manis dengan perlakuan suhu 5°C, sedangkan yang terrendah adalah susu skim dengan perlakuan suhu kamar”, hal ini menunjukkan bahwa kadar protein berpengaruh pada tingkatan suhu penyimpanan (suhu rendah) dan jenis susu yang digunakan. Sedangkan kadar air tertinggi saat penyimpanan suhu kamar.
     Semakin rendah suhu penyimpanan yoghurt semakin bagus mutu yang dihasilkan, karena digemari oleh masyarakat umum.
     Pengemasan memegang peranan penting dalam pengawetan suatu produk makanan Salah satu kemasan yoghurt yang baik adalah menggunakan plastik polipropilen, yang termasuk jenis plastik olefin dan polimer dari propilen. Beberapa keuntungan dari plastik polipropilen antara lain :
a.    Ringan, mudah dibentuk, tembus pandang dalam bentuk film dan dan tidak transparan dalam bentuk kemasan kaku ;
b.    Kekuatan tarik lebih besar dari polietilen ;
c.    Lebih kaku dari polietilen dan tidak gampang sobek;
d.    Permeabilitas uap air rendah, permeabilitas gas sedang, tidak baik untuk makanan yang peka terhadap oksigen, dan
e.    Tahan terhadap suhu tinggi sampai dengan 150oC.

6.    Telur
       Menurut Bobyda (2009) di suhu kamar, telur ayam kampung hanya mempunyai masa simpan lebih pendek yaitu delapan hari sedangkan pada suhu chilling bisa bertahan sampai tiga minggu, menurut Fardiaz (1993) hal ini disebabkan Karena penyimpan telur pada suhu chilling dapat memperlambat reaksi metabolisme dan pertumbuhan bakteri dibanding di suhu kamar kecepatan metabolisme dan pertumbuhan bakteri dipercepat. Penyimpanan telur ayam kampung pada suhu chilling mempunyai angka lempeng total bakteri lebih sedikit dibandingkan penyimpanan pada suhu kamar.
      Telur segar bisa dipertahankan mutunya dalam relative waktu yng lama bila disimpan didalam ruangan dingin yng mempunyai kelembaban sekitar 80-90 % serta kecepatan peredaran udara sekitar 1-1,5 m/s. dalam hal ini telur bisa disimpan sedekat mungkin di atas titik beku telur yakni -20oC. suhu yang rendah ini akan memperlambat hilangnya kadar CO2 serta air didalam telur dan penyebaran air sari putih ke kuning telur.
     Pengemasan telur dapat dilakukan secara kering dengan menggunakan bahan-bahan seperti sekam, pasir dan serbuk gergaji. Jika pengemasnya padat, cara ini akan memperlambat hilangnya air dan CO2. Kelemahan cara ini adalah manambah berat dan volume, yang dapat menaikkan ongkos angkut dan ruang penyimpanan. Disamping itu, pengemasan kering tidak banyak memberikan perlindungan terhadap mikroba selama penyimpanan.

D.   Pengemasan Bahan Pangan Dingin dan Beku
                        Metode kemasan makanan beku tidak boleh terbatas oleh metode yang kaku. Kemasan harus dapat tahan panas sebagaimana kemasan biasa ikut dipanaskan kembali bersama makanan di dalamnya. Prinsip dasar yang perlu diperhatikan dalam memilih kemasan makanan beku, kemasan haruslah;
·         kemasan mudah digunakan,
·         melindungi kesegaran makanan,
·         informasi nutrisi harus terpampang jelas pada kemasan,
·         kelenturan kemasan harus dapat melindungi isi dari kontaminasi udara luar,
·         kemasan harus aman dari penggunaan,
·         kemasan harus dapat tahan dalam suhu yang panas maupun dingin.





BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
            Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengaruh pendinginan dan pembekuan terhadap nilai gizi yaitu denaturasi protein serta menurunnya kadar vitamin C dalam suatu bahan pangan. Sedangkan, pengaruh suhu rendah terhadap mutu bahan pangan sangat beragam, mulai dari penyimpanan yang meningkatkan mutu hingga kerusakan yang ditimbulkan akibat suhu yang sangat rendah, tergantung dari bahan pangan yang di awetkan.
            Pengemasan setiap bahan pangan sangat beragam juga, dilihat dari jenis bahan pangan yang akan dikemas, lama penyimpanan, serta tingkatan suhu untuk proses penyimpanan mulai dari pendinginan hingga pembekuan.

B.   Saran
            Dari hasil penjelasan makalah ini disarankan untuk memilah serta mencocokkan bahan pangan yang akan disimpan dalam jangka waktu yang lama agar sesuai dengan suhu untuk proses penyimpanan serta pengemasan yang baik dan benar dalam setiap bahan pangan.



DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. PENYIMPANAN BAHAN PANGAN SUHU RENDAH (PENDINGINAN & PEMBEKUAN). Diambil dari link : https://lordbroken.wordpress.com/2011/10/01/penyimpanan-bahan-pangan-suhu-rendah-pendinginan-pembekuan/ (09 Maret 2018)

IPB. Pengaruh pengemasan dan suhu terhadap daya simpan buah naga super merah (Hylocereus costaricensis). Diambil dari link : http://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/46675/6/A11ppu_BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf (03 Maret 2018)

Nurhayati Safaryani, dkk. 2007. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan  terhadap Penurunan Kadar Vitamin C Brokoli ( Brassica oleracea L). Buletin Anatomi dan Fisiologi. Vol. XV, No.2, Oktober 2007. Diambil dari : file:///D:/69256-ID-pengaruh-suhu-dan-lama-penyimpanan-terha.pdf (19 Maret 2018)

Aris Sri Widati. 2008. PENGARUH LAMA PELAYUAN, TEMPERATUR PEMBEKUAN DAN BAHAN PENGEMAS TERHADAP KUALITAS KIMIA DAGING SAPI BEKU. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Agustus 2008, Hal 39-49. Vol. 3.No. 2. ISSN : 1978 0303. Diambil dari : https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/32676784/PENGARUH_LAMA_PELAYUAN__TEMPERATUR_PEMBEKUAN_DAN.pdf?AWSAccessKeyId=AKIAIWOWYYGZ2Y53UL3A&Expires=1521519470&Signature=YofK3eQn6%2FORn8SwpJKW43T8F2A%3D&response-content-disposition=inline%3B%20filename%3DPENGARUH_LAMA_PELAYUAN_TEMPERATUR_PEMBEK.pdf   (20 Maret 2018)

Anna Handayani, dkk. PENGARUH PENYIMPANAN PADA SUHU RENDAH (freezer -3oC) TERHADAP KANDUNGAN AIR DAN KANDUNGAN LEMAK PADA IKAN LEMURU. Diambil dari link : file:///D:/1639-3300-1-PB.pdf (20 Maret 2018)

Abu BAKAR, dkk. PENGARUH SUHU DAN MACAM SUSU TERHADAP MUTU YOGHURT SELAMA PENYIMPANAN. SeminarNasional Peternakon dan Veteriner 1998. Balai Penelitian Teniak,P.O. Box 221 Bogor 16002 2 Dinas Peternakan Kotamadya Bogor. Diambil dari link : http://peternakan.litbang.pertanian.go.id/fullteks/semnas/pronas98-93.pdf?secure=1 (20 Maret 2018)

Dyah Fitri Kusharyati. PENYIMPANAN DAN PENGAWETAN YOGHURT. Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman. Diambil dari link : http://bio.unsoed.ac.id/sites/default/files/Penyimpanan%20dan%20Pengawetan%20Yoghurt-.pdf (20 Maret 2018)

HARDIANTO, dkk. 2012. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Telur Ayam Kampung Ditinjau dari Angka Lempeng Total Bakteri. Indonesia Medicus Veterinus 2012 1(1) : 71-84 ISSN : 2301-7848. Lab Kesehatan Masyarakat Veteriner, Lab Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Jl. P.B. sudirman. Diambil dari link : file:///C:/Users/Intel/Downloads/647-1-838-1-10-20120709.pdf (20 Maret 2018)

Thomas Saputro. 2015. MACAM MACAM CARA PENGAWETAN TELUR. Diambil dari link : http://www.ilmuternak.com/2015/02/macam-macam-cara-pengawetan-telur.html (20 Maret 2018)

Annonim. KEMASAN MAKANAN BEKU. Diambil dari link : http://www.kemasankopi.co.id/kemasan-makanan-beku/ (21 Maret 2018)

Rani Rachmawat, dkk. PENGARUH SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KANDUNGAN VITAMIN C PADA CABAI RAWIT PUTIH (Capsicum frustescens). Jurnal Biologi XIII (2) : 36 – 40. Diambil dari link : https://www.researchgate.net/profile/Made_Defiani/publication/277056989_PENGARUH_SUHU_DAN_LAMA_PENYIMPANAN_TERHADAP_KANDUNGAN_VITAMIN_C_PADA_CABAI_RAWIT_PUTIH_CAPSICUM_FRUSTESCENS/links/5758d8fb08ae414b8e3f61f3/PENGARUH-SUHU-DAN-LAMA-PENYIMPANAN-TERHADAP-KANDUNGAN-VITAMIN-C-PADA-CABAI-RAWIT-PUTIH-CAPSICUM-FRUSTESCENS.pdf (21 Maret 2018)

Dian Sundari, et.al. 2015. PENGARUH PROSES PEMASAKAN TERHADAP KOMPOSISI ZAT GIZI BAHAN PANGAN SUMBER PROTEIN. Submitted: 06-07-2015, Revised: 11-11-2015, Accepted: 30-11-2015. Diambil dari link : https://media.neliti.com/media/publications/20747-ID-pengaruh-proses-pemasakan-terhadap-komposisi-zat-gizi-bahan-pangan-sumber-protei.pdf  (21 Maret 2018)



Komentar

Postingan Populer